Homeschooling dalam Pandangan Islam

Dalam dunia pendidikan Islam dikenal adanya dua sistem pendidikan, yakni tradisional dan modern. Pendidikan tradisional menghendaki perkembangan individu yang utuh atas dasar kemampuan dan minat masing-masing. Setiap orang bebas memilih muatan pendidikan yang sesuai dengan kondisinya. Layanan individual dalam sistem ini mendapat porsi yang wajar. Aspek kesadaran dan motivasi intrinsik lebih menonjol daripada paksaan dan motivasi ekstrinsik.

Dalam sistem pendidikan Islam modern, ditemukan kenyataan bahwa tidak sepenuhnya diterapkan prinsip yang sesungguhnya dikehendaki pendidikan modern. Dalam sistem sekolah, semua peserta didik diperlakukan sama, perbedaan individual dirasakan kurang mendapat perhatian. Peserta didik ‘dipaksa’ dengan muatan pendidikan yang sama karena pertimbangan sistem.

Homeschooling merupakan pendidikan bagi anak-anak yang dilaksanakan di rumah dan secara khusus diberikan oleh guru atau seorang tutor profesional. Jadi pendidikan tidak diberikan di sekolah umum ataupun swasta. Homeschooling dalam pengertian modern, merupakan alternatif pendidikan formal di negara-negara maju. Dengan kata lain, praktek homeschooling memindahkan sekolah dari area umum ke area yang lebih privat, yakni ke rumah. Dari sini tampaknya lebih direkomendasikan bagi negara yang sudah maju. Bisa jadi ini menyangkut sarana pembelajaran yang harus benar-benar memadai demi suksesnya program ini. Pro dan kontra tentu akan bermunculan berkenaan dengan isu ini.

Masyarakat yang tidak setuju dengan homeschooling mengatakan bahwa homeschooling menghambat anak untuk bersosialisasi. Homeschooling hanya akan mengasah kecerdasan intelektual sementara kebutuhan seorang anak tidak terbatas kepada kecerdasan intelektual saja, akan tetapi juga meliputi kecerdasan emosi & kecerdasan spiritual. Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerdasan emosi. Berangkat dari pertimbangan itu, kalangan yang tidak mendukung menganggap homeschooling belum dibutuhkan untuk keadaan saat ini. Di sekolah umum anak-anak bisa bertemu masyarakat luas sehingga dapat melihat dan memahami berbagai strata sosial (bila anak tidak bersekolah di sekolah yang eksklusif bagi kalangan elit). Anak-anak bisa memiliki teman lebih banyak sehingga dapat mengenal beraneka manusia dengan watak dan taraf kecerdasan yang bervariasi sehingga memberi pelajaran yang berharga bagi kehidupan. Bagi yang memiliki romantisme, dunia sekolah dapat memberikan banyak kenangan manis dan berharga yang akan menjadi nostalgia dan bagian dari masa lalu.

Oleh karena itu, dalam pandangan Islam, salah satu metode yang bisa diterapkan diantaranya adalah dengan menerapkan pendidikan bagi anak yang berdasarkan akidah Islam. Baik menggunakan sistem pendidikan tradisonal maupun modern, pada prinsipnya setiap anak memiliki ‘kebebasan’ untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Ketika situasi belajar sudah kondusif, anak akan memiliki keberanian dan lebih termotivasi untuk mendalami ilmu. Hal yang tidak boleh diabaikan yaitu terlalu mengedepankan kemampuan intelektual. Namun juga kemampuan spiritual dan sosial. Sehingga anak tidak terjebak pada satu aspek kecerdasan. Karena Islam sendiri mengajarkan tentang hal-hal yang bersifat universal.

Adapun manfaat Homescholing yang berdasarkan akidah Islam memiliki, diantaranya

  1. Anak terhindar dari pergaulan yang kurang baik
  2. Anak sejak dini mengenal Islam.
  3. Lingkungan pergaulan anak terkontrol oleh orang tuanya secara langsung.
  4. Anak belajar dengan riang dalam menghafal Al-quran.
  5. Aktivitas setiap hari dimulai dengan do’a yang shohih.
  6. Beribadah sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
  7. Tidak tertinggal pengetahuan umumnya karena orangtua dapat mengontrol sendiri pelajaran umumnya sesuai kelasnya.
  8. Dapat mengikuti ujian negara dan memperoleh Ijazah negeri dari DepDikNas untuk tingkat SD, SMP, dan SMA.
  9. Dapat melanjutkan ke sekolah-sekolah formal jika menghendaki.

Sedangkan bagi orang tua, metode homeschooling juga memiliki nilai-nilai positif sebagai berikut :

  1. Terpacu untuk meningkatkan kualitas dien (tidak boleh kalah dengan anak).
  2. Meningkatkan kreativitas, meningkatkan kualitas komunikasi antara suami istri.
  3. Orang tua harus selalu belajar terus menerus pengetahuan mengenai ilmu dien dan ilmu umum, karena orangtua adalah gurunya.
  4. Orang tua “dipaksa” menjadi teladan bagi anak didiknya, yaitu anaknya sendiri.
  5. Meningkatkan komunikasi yang berkualitas antara anak dan orang tua melalui pelajaran.
  6. Mengetahui secara langsung kondisi kejiwaan anak dan apa yang di butuhkan oleh anak.
  7. Mengetahui secara langsung kesehatan dan pertumbuhan fisik anak.
  8. Hemat secara financial serta optimal dari segi hasil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *