Homeschooling tidak ada istilah tinggal kelas ?

Di Homeschooling tidak ada istilah tinggal kelas ?
Didalam pendidikan home education atau homeschooling tidak pernah mengenal sistem tinggal kelas, beda sekali dengan pendidikan non formal yang ada istilah tidak naik kelas dikarenakan nilainya tidak mencukupi.  Sebagaimana biasanya untuk menentukan apakah seorang siswa naik atau tinggal kelas akan diputuskan lewat rapat dewan guru beserta kepala sekolah. Keputusan untuk “TINGGAL KELAS ” seorang siswa sejatinya bukanlah keputusan yang mudah untuk diambil.
Berbagai pertimbangan dan argument harus logis dan dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis formal. Itulah sebabnya mengapa dalam rapat dewan guru debat hangat terkadang berlangsung seru antara guru yang menginginkan siswa tertentu tinggal kelas dengan guru lain yang berpandangan sebaliknya.
Lantas apa saja kriteria yang bisa menyebabkan seorang murid harus tinggal kelas ? Setidaknya ada 3 faktor utama :
Pertama,
Siswa tidak mencapai ketuntasan belajar minimal lebih dari 3 bidang studi. Ketentuan ini berlaku untuk siswa kelas X naik ke kelas XI. Sedang bagi siswa kelas XI naik ke kelas XII tidak tuntas pada tiga bidang study pada jurusan yang di ambil. Misal : untuk siswa SMA jurusan IPA, bidang study yang wajib lulus adalah Matematika, fisika, kimia dan biologi. Sedang untuk jurusan IPS harus tuntas pada pelajaran sejarah, geografi, ekonomi dan sosiologi.
Adapun siswa SMK peraturannya tetap sama, bedanya hanya terletak pada program diklat.
Standard kelulusan ini masih absurd dan sangat membuka kemungkinan bagi siswa untuk sekedar mengejar nilai lulus saja. Sementara dari segi penguasaan materi, belum tentu.
Kedua ;
Tingkat kehadiran alias absensi. Siswa akan divonis tinggal kelas manakalatingkat kehadirannya dalam satu tahun dibawah 85 % dari jumlah hari efektif. Biasanya dalam hitungan hari dipatok pada angka 12. Jadi jika seorang siswa mangkir sekolah lebih dari jumlah yang digariskan maka kemungkinan besar dia akan tinggal kelas.
Ketiga ;
Akhlak atau moral. Kecerdasan dan kerajinan seorang anak bersekolah tidak serta merta menjamin dia naik kelas jika catatan akhlaknya buram. Pengertian buram disini berarti tindakan atau perilaku yang sudah di luar batas kewajaran seorang siswa seperti: mabuk-mabukan, berjudi, merokok di areal sekolah, dan lain sebagainya. Itupun setelah siswa tersebut mengabaikan semua peringatan dan prosedur yang dilakukan pihak sekolah.
Jadi andaikata siswa bisa menghindar dari ke tiga point di atas kekhawatiran akan tinggal kelas tentu sebuah ketakutan yang tidak punya alasan.
DAMPAK PSIKOLOGIS
Lantas bagaimana dengan Siswa yang sudah terlanjur di vonis tinggal kelas ? Tak pelak lagi tekanan psikologis yang berat pasti akan mendera mereka seperti : Rasa malu, rendah diri, merasa bodoh, dipandang sinis oleh teman-teman, dan beragam beban lainnya.
Untuk siswa yang memiliki kepribadian tegar mungkin bisa dengan cepat keluar dari suasana tak nyaman tersebut. Tapi bagi siswa yang labil kondisi ini bisa berakibat pada depresi tingkat tinggi. Terlebih jika keluarga tidak ikut berperan memberi dorongan moril. Anak tersebut akan menjadi apatis dan putus asa.
Apakah ada jaminan kalau anak sudah mengulang alias tinggal kelas, lantas ia akan lebih menguasai pelajaran yang kurang ? TIDAK ADA.
Apakah ada jaminan kalau anak sudah tinggal kelas akan menjadi lebih baik perilakunya ? TIDAK ADA.
Efek sebaliknya, bukannya malah memberikan efek JERA dengan hukuman tidak naik kelas, malah akan berbalik membuat anak menjadi LIAR dan memilih BERHENTI SEKOLAH.. tidak jauh jauh sebabnya pasti MALU. Kalau ini terjadi, akan ada peristiwa saling menyalahkan antara orangtua dan sekolah. Ini bukti bahwa TINGGAL KELAS bukan SOLUSI YANG BIJAK.

Yang diperlukan anak adalah BIMBINGAN dan MOTIVASI , arahan yang tepat tentang apa tujuannya sebenarnya BELAJAR !. Setiap anak kadang hanya berangkat ke sekolah karena semata mata takut dimarahi orang tua saja, mengerjakan tugas karena takut ditegur guru, bersekolah karena supaya dapat Ijazah. Sisanya lagi ABSURD alias masih tanda tanya.

PERAN GURU DAN ORANG TUA
Sekarang pertanyannya sejauh mana peran guru dan orang tua dalam mendidik seorang anak ? Sebelum dijawab ada baiknya kita menyimak rumusan Tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU sisdiknas nomor 20 tahun 2003, yaitu : Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap-kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Di paragrap awal disebutkan “ mengembangkan potensi peserta didik”. Maknanya apapun bentuk dan model pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah orientasinya haruslah bagaimanapotensi siswa bisa tereksploitasi secara maksimal.
Terkait dengan eksploitasi ini. Bagaimana seorang guru yang mengajar ratusan murid bisa mengidentifikasi potensi yang dimiliki siswanya satu per satu ? .
Orangtua lah yang paling paham potensi dari anak dan karakter positif serta negatif dari anak anak SEJAK LAHIR. Oleh karena itu PENDIDIKAN tidak bisa lepas dari KELUARGA.
Orangtua yang paling mengerti formulasi apa yang paling tepat dalam memperlakukan anak sesuai denga bakatnya. Dengan formulasi yang tepat maka semangat belajar anak akan naik berlipat ganda. Mereka merasa DIHARGAI sebagai subjek dan bukan objek dari proses pembelajaran.
Masalah TINGGAL KELAS bukanlah masalah sepele yang bisa dianggap remeh.
Efek dari TINGGAL KELAS itu bisa jadi benar benar destruktif jika jatuh pada siswa yang karakternya rapuh. Dan jika Sekolah tidak paham betul siswanya, maka yang terjadi bisa fatal sekali bagi masa depan anak tersebut. Di negara seperti Jepang, Korea Selatan dan Finlandia tidak membenarkan ada siswa yang tinggal kelas namun hasilnya semua siswanya tetap cerdas-cerdas.
Apabila terjadi kasus TINGGAL KELAS sebelum mempertanyakannya kepada sekolah, coba analisa kembali ANAK kita. Jangan mengedepankan ambisi dan cita cita pribadi, sehingga akhirnya memaksakan jalan pada anak kita , yang sesungguhnya bukan jalannya. Kita kadang bertindak seperti TUHAN yang MENENTUKAN JALAN MASA DEPAN ANAK. Sementara Tuhan sendiri tidak kita biarkan untuk bertindak.
Jika pada akhirnya KELUARGA harus mengambil alih pendidikan anak, maka lakukan yang terbaik untuk titipan Tuhan pada anda.
Semoga di masa yang akan datang tidak perlu ada kerisauan lagi tentang Tinggal Kelas.
Semoga masukan ini bisa di baca oleh parapengambil kebijakan di negara kita. Sehingga ke depan siswa tidak perlu dirisaukan dengan ketakutan tinggal kelas. Asalkan sistem yang diberlakukan benar dan berjalan efektifrasa-rasanya di rapor siswa pencantuman kata naik dan tidak naik ke kelas….. sebaiknya di hapus saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *