Homeschooling adalah pendidikan awal bagi semua keluarga.
TAK puas dengan sekolah formal ? Kini banyak keluarga memilih homeschooling alias bersekolah di rumah.
Homeschooling mulai tumbuh bak jamur di musim hujan. Karena begitu sibuk dengan kegiatan keartisannya, Nia Ramadhani memutuskan menjalani pendidikan sekolah menengahnya di rumah saja. Dan saat ini ibu 2 anak ini tetap survive dalam karirnya bermodalkan ijazah kesetaraan.
Ada juga Sophia Latjuba, yang menarik anaknya Eva Celia dari sekolah formal dan membuatnya menjadi homeschooler. Sophia melihat sekolah formal tak cocok untuk anaknya. Eva sering mengeluh dengan keadaan sekolahnya.
Artis Shandi Aulia bahkan sempat merasa “kecolongan” karena baru mengetahui adanya homeschooling setelah ia tamat dari sekolah menengah umum (SMU). Menurut artis ini, seandainya ia mengetahui bahwa rumah bisa dijadikan sekolah pribadi, ia akan melakukannya sejak dulu.
homeschooling pendidikan awal semua anak, penting keluarga punya dasar yang kuat, Di Indonesia homeschooling mulai dilirik juga. Beberapa keluarga memutuskan anak-anak mereka mengikuti program yang sudah sukses di negara maju seperti Amerika ini. Praktisi pendidikan holistik dan parenting sekelas Ayah Edy dan Seto Mulyadi pun memilih pendidikan HOMESCHOOLING kepada anak-anaknya.
Di negara maju seperti di Amerika, sekolah rumah sudah mendapat tempat di hati banyak orang. Di sini, pertanyaan pertama yang diajukan orang tua adalah soal sertifikat kelulusannya. “Ijazahnya dapat dari mana ? Bagaimana
kalau nanti mau mencari kerja ?”. Sempat ada artikel yang terbaca saat pelaksaaan ujian nasional 2016, artis Aurel Hermansyah, Aliando Syarief dan Stuart Collins mendapatkan celaan dari haters tentang keikut sertaannya pada ujian kesetaraan C (setingkat SMA) , dianggapnya 3 artis tersebut adalah dari golongan yang gagal.
Itu dikarenakan masyarakat Indonesia masih banyak yang “belum familiar” dengan apa yang disebut sekolah rumah atau Homeschooling. Ke -3 artis tersebut menempuh jalur pendidikan alternatif Homeschooling yang sangat fleksibel dan mengakomodir kebutuhan nya dalam hal pendidikan. Dan mereka sama sekali bukan anak-anak yang gagal. Justru mungkin dikemudian hari kita yang akan “sakit hati” melihat bahwa 3 anak yang kita anggap gagal itu justru sangat cemerlang dalam karirnya bukan hanya di dunia hiburan.
Realitas lain yang perlu dicermati mengapa pendidikan home schooling ini menjadi pilihan alternatif masyarakat adalah ketika masyarakat mulai menyadari bahwa sebenarnya pola pendidikan formal di Indonesia belum menyentuh substansi kebutuhan riel tantangan dalam era globalisasi yang harus di respon secara kualitatif oleh peserta didik dengan menyiapkan kompetensi yang relevan dan obyektif terhadap kebutuhan skill mereka ketika mereka beraktivitas (bekerja atau berwirausaha).
Banyaknya orangtua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal mendorong orangtua mendidik anaknya di rumah. Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Di sekolah, banyak murid mengejar nilai rapor dengan mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan ditentukan oleh teman-temannya yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih “cerdas”. Keadaan demikian menambah suasana sekolah menjadi tidak menyenangkan.
Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani sekolah formal juga memicu munculnya homeschooling. Sebut saja, Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan tokoh-tokoh lainnya.
Benyamin Franklin misalnya, ia berhasil menjadi seorang negarawan, ilmuwan, penemu, pemimpin sipil dan pelayan publik bukan karena belajar di sekolah formal. Franklin hanya menjalani dua tahun mengikuti sekolah karena orang tua tak mampu membayar biaya pendidikan. Selebihnya, ia belajar tentang hidup dan berbagai hal dari waktu ke waktu di rumah dan tempat lainnya yang bisa ia jadikan sebagai tempat belajar.
Homeschooling merupakan sebuah pilihan dan khazanah alternatif pendidikan bagi orang tua dalam meningkatkan mutu pendidikan, mengembangkan nilai iman (agama), dan menginginkan suasana belajar yang lebih menyenangkan. Di sisi lain, ada sekolah umum yang memberikan bahan ajar dan kurikulum secara terpusat dan seragam, sesuai dengan harapan dan kebutuhan anak. Baik homeschooling maupun sekolah umum (pendidikan formal) sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Soal pilihan atas keduanya, semua diserahkan pada orangtua dan keluarga sesuai dengan kondisi keluarga.