Jum’at, 19 Mei 2017 Anak Panah Homeschooling & Cyberschool mengadakan kegiatan belajar ke Museum Nasional Indonesia, yang berada di Jl. Medan Merdeka Barat No.12,Kota Jakarta Pusat Daerah khusus Ibukota Jakarta. Kunjungan belajar tersebut bertujuan untuk memperkenalkan kepada siswa/i Anak Panah Homeschooling & Cyberschool tentang sejarah Indonesia, yang dimulai dari zaman praaksara, zaman kerajaan, sampai dengan zaman modern dimana masyarakat sudah mulai mengenal kebudayaan adat dari berbagai wilayah Indonesia.
Eksistensi Museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis.
Pemerintah Hindia-Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dutu disebut Koningsplein West). Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya dibangun gedung Rechst Hogeschool atau “Sekolah Tinggi Hukum” (pernah dipakai untuk markas Kenpetai di masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen Pertahanan dan Keamanan). Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1868.
Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah” karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871. Kadang kala disebut juga “Gedung Arca” karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode.
Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar “koninklijk” karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya”.
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
Baca Juga: Dedication
Kini Museum Nasional bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Museum Nasional mempunai visi yang mengacu kepada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu “Terwujudnya Museum Nasional sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan national, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa”.
Kunjungan belajar ini diikuti oleh sekitar 50 siswa/i Anak Panah Homeschooling tingkat Sekolah Dasar, beserta orang tua yang kurang lebih berjumlah 30 orang, dan didampingi oleh para guru pembimbing sekitar 7 orang . sebelum memasuki museum para siswa/i berkumpulkan terlebih dahulu didepan pintu masuk museum, kemudian para guru mengambil absen serta memberikan Id Card kepada para siswa/i. setelah seluruh siswa/i sudah mengenakan Id Card masing-masing mereka membentuk barisan dan dibagi menjadi dua kelompok (kelas 1-3 dan kelas 4-6). Siswa/i sudah berada didalam kelompok masing-masing dimana setiap kelompok dipandu oleh guru yang berbeda. Siswa/i juga dipersilahkan untuk saling berkenalan agar mereka dapat bekerjasama dengan baik didalam kelompok kecilnya. Setelah berkenalan guru pembimbing memberikan yel-yel dan tepuk-tepeuk semangat untuk para siswa/i agar mereka tidak tegang dan bosen. Tidak lama kemudian para siswa/i berbaris didepan pintu masuk sambil menunggu antrian dibagikan tiket oleh salah satu guru pembimbing.
Selanjutnya, siswa/i dipersilahkan memasuki museum, sebelum mengelilingi area museum dianjurkan agar seluruh peserta untuk menitipkan tas kepada petugas museum, karena saat berkeliling didalam museum dilarang untuk membawa tas takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Rute selanjutnya para siswa/i digiring masuk dan menempatkan diri pada sebuah area dimana sudah tersedia sejumlah tempat duduk untuk siswa/i dan orang tua. Di sebelah kanan siswa/i duduk terdapat alat musik tradisional (gamelan) yang boleh dimainkan oleh para siswa/i. sedangkan disebelah kiri tersedia pula area membatik yang nantinya para siswa/i juga akan diajak belajar membatik dipandu oleh pembatiknya langsung yaitu bapak Doremi.
Sebelumnya siswa/i dipersilahkan maju kedepan satu persatu untuk memperkenalkan diri, dan setelah itu mereka kembali berkelompok dengan kelompok yang sudah dibagi. Untuk kelompok pertama (kls 1-3) dipandu oleh kak Indra salah satu petugas museum untuk berkeliling melihat seluruh area museum, sedangkan kelompok kedua (kls 4-6) mereka dipandu oleh pak Doremi, langsung menempatkan diri pada tempat yang sudah disiapkan untuk belajar membatik. Guru beserta orang tua pun mengikuti kelompok masing-masing untuk mendampingi siswa/i.
Kelompok yang dipandu oleh kk Indra mulai berjalan meju area 1 yaitu siswa/i diperlihatkan dan dijelaskan tentang kehidupan manusia purba pada zaman praaksara, dimana pada area 1 (lantai 1) terdapat patung manusia purba yang menggambarkan kehidupannya pada zaman itu, siswa/i juga dapat melihat goa tempat tinggal manusia purba serta tulang-belulang manusia purba yang sudah mati. Sambil berkeliling dan dijelaskan oleh kk idra siswa/i membuat catatan penting dari penjelasan tersebut.
Lanjut ke area 2 (lantai 4), diarea ini para rombongan dilarang untuk mendokumentasikan dalam bentuk apapun. Karena area ini bersifat rahasia yang merupakan area utama yang menjadi unggulan dari Museum Nasional, didalam terdapat berbagai koleksi yang terbuat dari emas dan semua koleksi tersebut merupakan peninggalan sejarah terutama pada zaman kerajaan di Indonesia. Koleksi yang diperlihatkan kepada siswa/i diantaranya mangkuk emas, lempeng payung, pucuk payung, perhiasan, senjata, dan peralatan raja. Dimana kebanyakan benda-benda tersebut ditemukan dari bergai wilayah Indonesia seperti Wono Boyo, NTT/NTB, dan Sumatra.
Area ke 3 (lantai 2), setelah turun dari lantai 4 siswa/i diajak berkeliling dilantai 2 dimana diarea ini siswa/i diperlihatkan dengan rumah-rumah adat yang ada di Indonesia , baju daerah, dan miniature-miniatur yang menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia disuatu daerah. Kemudian yang menjadi pusat perhatian para siswa/i saat melihat patung gajah dengan ukuran lumayan besar dan berwarna keemasan. Selain itu mereka juga tertarik melihat prasasti-prasati yang ada didalam kotak kaca. Selanjutnya kak Indra menyampaikan sedikit materi tentang sejarah kemerdekaan Indonesia, dan para siswa/i punsangat antusias untuk mendengarkannya.
Perjalanan mengelilingi area museum telah selesai dan siswa/i kelompok pertama akan lanjut mempersiapkan diri untuk belajar membatik. Sedangkan kelompok 2 (kls 4-6) sudah selesai membatik dan akan bergantian untuk mengelilingi area museum yang tadi telah dikelilingi oleh kelompok pertama.
Belajar membatik bukanlah hal yang mudah, karena untuk membuat gambar batik yang indah itu dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi. Bapak Doremi sudah mempersiapkan pola gambar yang akan dibatik pada kain polos bewarna putih, kemudian sebelum memulai membatik pak Doremi menjelaskan langkah-langkahnya terlebih dahulu. Anak-anak semangat sekali untuk belajar membatik mereka saling berebut untuk mencoba terlebih dahulu mengukirkan tinta batik (malam) diatas pola yang sudah disediakan.
Sekitar kurang lebih 30 menit mereka belajar membatik, dan kelompok 2 pun sudah selesai berkeliling, siswa/i dikumpulkan kembali dan dipersilahkan duduk pada tempat yang sudah tersedia. Sebelum acara penutupan ada pengumuman pemenang hasil catatan siswa/i saat berkeliling museum. Bagi siswa yang isi tulisannya lengkat serta rapi mendapatkan hadiah, namun tidak hanya itu saja, seluruh siswa/i juga mendapatkan buku cerita dari Ms.Grace salah satu guru Anak Panah Homeschooling&Cyberschool meskipun mereka tidak menang.
Selesai semua acara kunjungan pada hari itu, dilanjutkan dengan sesi foto bersama sekaligus sebagai acara penutupan. Dan dipersilahkan kepada seluruh siswa/i beseta orang tua bagi yang akan melanjutkan membatik kembali diperbolehkan, ataupun ingin langsung pulang juga bisa.(juwita.sap)
Baca Juga: Internet di Era Modern
1 Comment
Great Job!!!