Yayoi Kusama Dalam Karya

Murid anak panah berfoto dan mengamati Great Gigantic Pumpkin.

Anak Panah Homeschooling & Cyberschool mengadakan kegiatan field trip ke Museum MACAN pada tanggal 6 September 2018 lalu. Kegiatan ini diadakan untuk mempelajari tentang seni, khususnya seni kontemporer. Kurang lebih 40 murid, 20 orang tua pendamping, dan 4 guru pendamping ikut berpartisipasi dalam kegiatan field trip kali ini. Kami berkumpul pada pukul 09.00 WIB untuk melakukan absen dan registrasi ulang di lokasi Museum MACAN yaitu di AKR Tower Level MM, Jl. Perjuangan No.5, RT.11, Kebon Jeruk.

Sambil menunggu museum dibuka, kami berkumpul di dekat pintu masuk museum dan diberi kesempatan untuk berfoto, berkeliling, juga membaca sejarah tentang Yayoi Kusama mulai dari tahun 1929 saat kelahirannya sampai sekarang. Pada tanggal 22 Maret 1929 Yayoi Kusama lahir di Kota Matsumoto, Provinsi Nagano, Jepang. Tahun 1948 – 1949 Yayoi Kusama memutuskan untuk menjadi seniman profesional, meskipun ditentang orang tuanya. Ia belajar di Kyoto Municipal School of Arts and Crafts, dan ikut serta dalam sejumlah pameran keliling di Jepang. Di tahun 1957 ia memusnahkan ribuan karyanya dan pindah ke Amerika Serikat. Mengapa ia memusnahkan ribuan karyanya? Karena ia ingin menjadi original. Selama di Jepang ia tidak menjadi dirinya sendiri, ia masih terpengaruh oleh orang-orang dalam membuat karya. Ketika ia pindah ke Amerika ia memustuskan untuk memulai semuanya dari awal, menjadi sepenuhnya dirinya sendiri.

Pada tahun 1959 lukisan jaringnya dipamerkan untuk pertama kalinya dalam sebuah pameran bersama di Nova Gallery di Boston pada bulan Maret. Pada bulan Oktober, ia mengadakan pameran tunggal pertamanya di New York, bertempat di Brata Gallery di mana seniman Donald Judd membeli salah satu lukisannya. Pada tahun 1962 ia bereksperimen dengan patung lunak dan mulai menggarap karya Accumulations. Dua karya pertama dari rangkaian Accumulations dipamerkan di Green Gallery di New York. Ia bertemu dengan seniman Amerika, Joseph Cornell dan memulai hubungan yang berlanjut sampai kematian Cornell pada 1972.


Di tahun 1963 ia memamerkan instalasi ruang pertamanya, Aggregation. One Thousand Boats Show di Gertrude Stein Gallery, New York. Karya itu adalah salah satu contoh awal dari seni instalasi. Tahun 1965 ia memamerkan instalasi cermin pertamanya, Infinity Mirror Room – Phalli’s Field, di Richard Castellane Gallery. Tahun 1966 instalasi multimedia pertamanya, Kusama’s Peep Show: Endless Love Show dibuka di Richard Castellane Gallery. Ia tampil untuk pertama kalinya di Venice Biennale, dengan instalasi luar ruangan, Narcissus Garden. Karyanya disertakan dalam pameran bersama di Museum of Modern Art, New York, Moderna Musset, Stockholm dan Institute of Contemporary Art, Boston.

Setelah Joseph Cornell wafat, Yayoi Kusama memutuskan untuk kembali ke Jepang pada tahun 1973. Pada saat kembali ke Jepang, ia menemukan bahwa dirinya tidak diterima oleh masyarakat Jepang, karena selama di Amerika dia banyak membuat karya-karya yang kontroversial, yang belum bisa diterima oleh orang-orang di Jepang pada saat itu. Tidak hanya di Jepang, tetapi masyarakat Asia pada saat itu belum bisa menerima ide-ide yang ia munculkan pada karya-karyanya di Eropa dan Amerika. Lalu, bagaimana caranya supaya ia bisa diterima oleh masyarakat Jepang?

Supaya bisa diterima oleh masyarakat Jepang pada saat itu, Kusama membuat puisi kemudian pada tahun 1977 ia menerbitkan buku kumpulan puisinya. Lalu orang-orang mulai membaca dan mulai mengerti isi hati Kusama, mereka mulai mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Kusama melalui karya-karyanya. Pada waktu Kusama kecil ia hidup di masa perang dunia, dan ia sangat membenci perang. Oleh karena itu, Kusama selalu menyuarakan tentang cinta dan kedamaian. Setelah masyarakat Jepang tau apa yang ingin disampaikannya melalui karya-karyanya ketika di Amerika, mulailah mereka bisa menerima Kusama.

Berulang kali ia dirawat di rumah sakit karena serangan panik dan halusinasi yang terus menerus, pada tahun 1977 ia memutuskan untuk menetap di rumah sakit jiwa di Tokyo, ia membangun studionya sendiri yang letaknya persis di seberang pintu kamarnya di rumah sakit jiwa. Tahun 1981 National Museum of Modern Art di Tokyo menggelar pameran survei besar, The 1960s: A Decade of Change in Contemporary Japanese Art yang menyertakan karya Kusama. Keikutsertaannya menegaskan statusnya dalam komunitas seni rupa di Jepang. Pada tahun 1989-1990 retrospektif pertama Kusama di Amerika Serikat digelar di Centre for International Contemporary Arts di New York, dan In Context: Yayoi Kusama, Soul Burning Flashes dibuka di Museum of Modern Art di Oxford. Pameran-pameran ini menandai kebangkitan kembali minat masyarakat internasional terhadap karya-karyanya. Karya Kusama juga dipamerkan di Australia untuk pertama kalinya dalam Japanese Ways, Western Means di Queensland Art Gallery, Brisbane.

Yayoi Kusama mewakili jepang dalam Venice Biennale ke-45 pada tahun 1993 dengan karya-karya yang membentang di sepanjang kariernya. Ini adalah kali pertama Paviliun Jepang menggelar pameran tunggal. Di tahun 1998 ia mengadakan sebuah pameran retrospektif besar, Love Forever: Yayoi Kusama, 1958-1968 dibuka di Los Angeles Country Museum of Art. Pameran ini melawat ke Museum of Modern Art di New York, Walker Art Centre di Minneapolis dan Museum of Contemporary Art di Tokyo. Karya Kusama juga disertakan dalam bienial di Taipei dan Sao Paulo. Ia juga menerbitkan novelnya, Violet Obssesion. Tahun 2009 – sekarang, ia menggarap seni lukisan baru, My Eternal Soul. Ia juga menerima penghargaan Person of Cultural Merit di Jepang.

Setelah mengetahui sejarah Yayoi Kusama sekarang waktunya kita untuk menjelajahi karya-karyanya. Sebelum masuk ke dalam museum kami dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu kategori murid SD, kelompok kedua yaitu kategori murid SMP – SMA. Kami juga diberi arahan dan penjelasan singkat mengenai larangan-larangan yang berlaku pada saat kami berada di dalam museum. Di dalam museum kami diberi waktu 2 jam, kami melakukan museum tour bersama Kak Galuh, pemandu museum. Setelah itu, kami diberikan waktu bebas untuk menikmati dan mengelilingi museum sampai pukul 12.00 WIB.

Bagian pertama yang kami kunjungi adalah Dots Obsession, yang berupa beberapa karya yang menjadi satu rangkaian. Ada kubah dengan Infinity Mirrored Room, Soft sculpture yaitu patung yang terbuat dari benda lunak, dan Peep Show. Di Peep Show kami bisa mengintip dari lubang kecil yang ada, kami seperti meminjam matanya dan bisa melihat apa yang dilihat oleh Yayoi Kusama. Bagian kedua yang kami kunjungi adalah karya Narcissus Garden. Ada sekitar 1.500 bola Narcissus, tapi tidak semuanya di tampilkan di sini. Diameternya kurang lebih 30 cm, memiliki bobot yang ringan karena terbuat dari stainless steel, dan dalamnya kopong, tidak ada isinya. Apakah ada filosofinya? Tidak ada. Yang ingin disampaikan melalui karya ini adalah kritik tentang seni dan egoisme manusia. Seperti, yang membuat dunia ini hancur adalah egoisme manusia. Kusuma ingin mengatakan “Coba lihat ke arah bola itu dan kalian lihat refleksi diri kalian sendiri yang terdistorsi. Dunia ini terdistorsi bentuknya jadi aneh, tidak karuan karena manusia-manusia yang egois.” Siapa saja? Diri kita sendiri.

Dots Obsession

Peep Show

Statue of Venus Obliterated by Infinity Nets

Selanjutnya Early Works, disini adalah karya-karya awalnya Yayoi Kusama. Pada mulanya,  Kusama sama sekali ditentang untuk menjadi seorang seniman, setiap kali ibunya menemukan Kusama sedang melukis, barang-barangnya seperti kuas, dan hasil lukisannya pasti akan dirampas lalu dibuang oleh ibunya. Ibunya mau Kusama tetap menjalankan bisnis keluarga dan menikah. Seperti yang kita baca sebelumnya, Kusama mengenyam pendidikan di Kyoto Municipal School of Arts and Crafts. Disana ia mempelajari Nihon Ga, apa itu Nihon Ga? Nihon Ga adalah gaya melukis tradisional Jepang yang sudah menyerap konsep-konsep dari barat, pertama kali muncul di zaman Meiji, yang menganggap bahwa semua yang berbau kebarat-baratan adalah sebuah kemajuan. Karena Nihon Ga sangat figuratif, Kusama sama sekali tidak menyukai gaya melukis seperti itu, dia lebih condong ke abstrak dan surealis.

Ketika ia sedang di atas pesawat menuju Amerika, dia melihat ke bawah Samudra Pasifik dengan ombaknya yang berbenturan satu sama lain. Baginya itu terlihat seperti jaring, jaring yang tidak berkesudahan, jaring yang tidak terhingga. Oleh karena itu ia membuat lukisan yang seperti itu judulnya Pacific Ocean. Tapi itu bukan lukisan seri Infinity Nets yang pertama. Di Amerika ia membuat banyak sekali seri Infinity Nets. Ada satu masa dimana ia melukis Infinity Nets ini tiga hari tiga malam tanpa tidur, tanpa makan dan minum, tanpa istirahat. Lalu ia pingsan karena kelelahan, saat bangun ia mengistirahatkan dirinya, ia berpegangan pada meja lalu pola taplak meja yang seperti jaring-jaring itu mulai merambat tangannya. Menyebar ke seluruh tubuhnya sama seperti Polkadot. Sejak saat itu ia memiliki dua obsesi yaitu Polkadot dan Infinity Nets.

Ada yang menarik dari karya-karya Yayoi Kusama, ternyata lukisan Kusama itu lebih bagus ketika ia sedang mengalami mental challenge, ketika dia sedang stress. Semakin dia stress karyanya semakin bagus. Ketika dia hidupnya lebih baik, keadaan mentalnya lebih baik, karyanya tidak akan sebagus ketika keadaan mentalnya sedang buruk. Masih tetap bagus, tatpi tidak sebagus ketika keadaan mentalnya sedang buruk.

Beberapa lukisan Love Forever

Experiments in Japan, dibuat pada saat ia kembali ke Jepang pada 1973. Ia kembali menekuni motif-motif khasnya dari periode kekaryaan sebelumnya, termasuk polkadot, bunga, dan labu, yang muncul dalam berbagai karya berskala besar. Pada awal 2000an, Kusama mulai memasukkan tanda dan gambar khas anak-anak dalam berbagai karyanya. Karyanya, Love forever adalah pengembangan dari gambar monokrom yang dibuat dari pena pada tahun 2004 hingga 2007. Ada sekitar 40 lukisan yang tampilkan disini. Pengerjaan lukisannya menggunakan metode silk screen printing atau yang lebih kita kenal dengan sablon. Beralih ke karya selanjutnya yaitu My Eternal Soul. My Eternal Soul adalah seri lukisan terbaru Kusama. Kurang lebih ada 20 lukisan yang digantung di dinding, salah satu lukisan dalam seri ini, Life is the Heart of a Rainbow (2017), dijadikan judul pameran ini. Ini adalah bagian yang menunjukkan hasil kerja kerasnya yg terbaru, di usianya yang sudah mencapai 89 tahun, Kusama masih produktif. Ia masih melukis setiap harinya. Setiap pagi Kusama akan datang ke studionya dan menghabiskan waktu untuk menggambar sampai sore atau malam hari.

Lukisan dan Soft sculpture seri My Eternal Soul

Ketika melukis ia tidak membuat kanvasnya berdiri, tetapi ia menidurkan kanvasnya lalu ia akan melukis mulai dari sisi tepi menuju ke dalam. Dan bedanya dengan lukisan-lukisan yang sebelumnya adalah warna-warna yang digunakan lebih beragam dan lebih berani. Ia menunjukkan di usiannya yang sudah senja ia tidak lagi takut dengan kematian. Soft sculpture yang ada disini adalah bentuk tiga dimensi dari lukisannya, ia mau membuat lukisannya occupies space oleh karena itu dia membuat versi Soft sculpture dari lukisannya. Seri ini mulai dibuat pada tahun 2009, dan merupakan tantangan kepada dirinya sendiri. Dia menantang dirinya sendiri untuk membuat 100 lukisan dalam satu tahun, tetapi sebelum satu tahun dia sudah membuat lebih dari 100 lukisan. Ia masih meneruskan seri ini sampai sekarang, dan saat ini jumlahnya sudah mencapai sekitar 550 lukisan.

Setelah tur selesai, saya memanfaatkan waktu yang tersisa untuk menikmati Infinity Mirrored Room yang ada. Kemudian saya naik ke lantai 6 menuju The Obliteration Room, disini kita bisa menempelkan sticker polkadot di setiap sudut ruangan dan berfoto dengan latar belakang polkadot warna-warni. Selama kegiatan berlangsung, kami mendapatkan banyak hal baru yang bisa dipelajari. Pukul 12.00 WIB kegiatan kami berakhir dan kami diperbolehkan untuk pulang. (By: Agatha Putri)

Infinity Mirrored Room (Dots Obsession)

Infinity Mirrored Room (Brilliance of the Souls)

Infinity Mirrored Room (I Want to Love on a Festival Night)

Infinity Mirrored Room (The Spirits of The Pumpkins Descended into The Heavens)

The Obliteration Room

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *