Jejak Sejarah China Benteng (Museum Benteng Heritage)

Komunitas Tionghoa di Tangerang dikenal sebagai China Benteng. Mereka sudah ada sejak abad 15 dan memiliki tradisi unik perayaan imlek.

Jelang Imlek , warga komunitas Tionghoa sudah mulai menyiapkan berbagai hal. Tradisinya beragam seperti membersihkan rumah, menyiapkan acara makan malam bersama keluarga, sampai berdoa di klenteng untuk memohon semua hal baik di tahun baru.

Komunitas Tionghoa sendiri banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Tangerang. Di sini warga peranakannya dikenal dengan sebutan China Benteng. Penampilan fisik mereka tidak seperti orang China pada umumnya karena berkulit cokelat dan matanya tidak sipit

Konon rombongan pertama dari dataran China datang di abad ke-15. Dipimpin Tjen Tjie Lung alias Halung, mereka menepi di Sungai Cisadane yang sekarang dikenal sebagai Teluk Naga.

Nama ‘Benteng’ merujuk pada wilayah benteng Belanda yang didirikan VOC pada tahun 1863. Benteng tersebut juga dikenal sebagai Benteng Makassar karena penjaganya kebanyakan orang asli Bone, Makassar.

Warga Tionghoa kemudian diberi kesempatan oleh VOC untuk memanfaatkan lahan di sekitar benteng untuk bertani. Mereka juga tinggal di sana. Akhirnya sebutan China Benteng melekat pada peranakan Tionghoa di Tangerang sampai sekarang.

Bersama sama pada tanggal 11 Februari 2020 , rombongan Anak Panah  menyusuri jejak China Benteng di Tangerang. Diawali dengan melihat Sungai Cisadane yang menjadi tempat sampainya warga Tionghoa pertama kali di Tangerang. Di sungai ini juga ada Prasasti Tangga Djamban yang terkenal.

Prasasti ini berada tepat di sisian sungai. Disebut tangga djamban karena dulunya prasasti berada di lokasi orang-orang setempat buang hajat. Beruntung prasasti serupa batu nisan itu bisa diselamatkan dan sekarang disimpan di Museum Benteng Heritage.

Prasasti Tangga Djamban dibuat tahun 1873. Di dalamnya memuat nama 81 orang Tionghoa yang berpatungan membangun Tangerang. Mereka menyisihkan uang Belanda kala itu untuk membangun jalan, perahu, dan lainnya.

Kami juga mampir ke Masjid Kuno Kali Pasir yang merupakan masjid tertua di Tangerang. Masjid yang dibangun tahun 1616 ini menunjukkan adanya akulturasi budaya sejak dulu dimana ada masjid di area Pecinan.

Suasana Imlek di kalangan komunitas China Benteng begitu terasa saat kami mampir ke Klenteng Boen Tek Bio yang dibangun pada abad 17. Klenteng ini dipadati warga yang tengah berdoa sambil memberi persembahan.

Setelah berjalan – jalan Rombongan Anak Panah berkunjung ke Museum Benteng Heritage. Museum ini unik karena letaknya di tengah-tengah pasar.

Museum Benteng Heritage merupakan hasil restorasi sebuah bangunan berasitektur tradisional Tionghoa yang menurut perkiraan dibangun pada pertengahan abad 17. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan tertua di Kota Tangerang. Bangunan ini terletak di Jalan Cilame No.20, Pasar Lama, Tangerang yang juga titik nol Kota Tangerang. Di sini cikal bakal pusat Kota Tangerang, yang dulunya disebut Kota Benteng.

Martin, salah satu pemandu wisata di Museum Benteng Heritage menjelaskan bahwa museum ini adalah museum Tionghoa pertama di Indonesia. Namun fokus dari museum ini adalah mengulik cerita dari kehidupan peranakan Tionghoa Tangerang atau disebut China Benteng. “Ini museum pertama Tionghoa di Indonesia. Museum ini memperkenalkan budaya dan sejarah khususnya Tionghoa Tangerang. Agar ketika orang-orang datang ke sini (Museum Benteng Heritage) orang-orang bisa tau bahwa kaum Tionghoa sudah ada pada tahun 1407 di sini (Tangerang).

Rumah yang ditempati Museum Benteng Heritage, diperkirakan dibangun pada abad ke 17. Rumah ini sempat dijadikan markas bagi organisasi perdagangan Tionghoa di Tangerang. Pada abad ke 19 rumah dibeli oleh satu keluarga bermaga Lao yang akhirnya dihuni. Rumah sempat dikontrakan sampai akhirnya dibeli oleh Udayana Halim pada 2009.

Di lantai dua museum, terdapat berbagai barang-barang sejarah yang tersusun rapi, baik di dalam etalase maupun yang diletakkan di atas meja. Salah satu koleksi barang-barang antik pertama yang bisa ditemui adalah timbangan opium. Timbangan opium yang terdapat di museum ini berasal dari tiongkok, Jepang, Korea, Indonesia, Burma, dan Thailand. Selain timbangan yang menjadi simbol perdangan di Pasar Lama, museum ini juga menyimpan koleksi botol kecap dan label kecap-kecap benteng yang terkenal sejak dulu di Tangerang. Ada koleksi label Ketjap Benteng Teng Giok Seng yang diproduksi di Benteng Tangerang.

Museum ini juga menyimpan koleksi barang-barang yang ditemukan pada saat restorasi museum dilakukan. Pada saat melakukan penggalian untuk mengecek pondasi bangunan museum, mereka menemukan barang-barang yang diduga sebagai peninggalan sejarah. Ada pecahan keramik, kerang-kerang, gigi, paku buatan tangan yang terbuat dari besi, bahkan timah. Banyak pernak-pernik peralatan judi orang Tionghoa pada masa lampau, radio, koleksi patung-patung dewa, perlengkapan perkawinan adat peranakan Tionghoa Tangerang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *